Gampong Kayee Aceh adalah Gampong yang terletak di ujung Kabupaten Aceh Barat Daya yang berbatasan dengan Aceh Selatan dipisahkan oleh Sungai Krueng Baro, yang merupakan Gampong Baru hasil pemekaran dari Gampong Meunasah Sukon dalam wilayah Kecamatan Lembah Sabil pada Tahun 2016. Kata Kayee Aceh Sendiri diambil dari tumbuhan khas Aceh (tumbuhan yang sejenis ceremai) yang tumbuh sendiri dengan pertumbuhan yang sangat mudah pada saat itu, banyaknya jenis tumbuhan tersebut yang hidup dilingkungan Gampong sehingga orang-orang menyebutnya sebagai Gampong Kayee Aceh. Pemekaran Gampong sendiri bermula dari keinginan masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan pemerintah yang lebih dekat, lebih efektif dan lebih efisien. maka pada awal tahun 2012 dibentuklah panitia pemekaran Gampong dan pada waktu itu juga langsung mengajukan permohonan pemekaran Gampong kepada Pemerintah Kabupaten Barat Daya pada masa itu yang juga merupakan Kabupaten pemekaran yang baru terbentuk beberapa tahun.
Dengan melewati berbagai hal / proses pemekaran yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dari mulai penentuan nama Gampong, pembagian wilayah, dan pementukan Tim Pemekaran Akhirnya pada bulan Desember Tahun 2016 Kayee Aceh resmi menjadi sebuah Gampong sesuai dengan Surat Keputusan Nomor 865/141/2016 tanggal 13 Desember 2016 tentang Pengangkatan Pejabat Geuchik Gampong yang dibentuk dari Pemekaran/Pembentukan Gampong dalam Kabupaten Aceh Barat Daya .
Gampong Kayee Aceh berada pada ketinggian 20-100 mdpl, memiliki topografi dari datar, landai, miring dan Dataran Tinggi (perkebunan) dengan berbagai penggunaan dari mulai tempat tinggal sampai untuk kegiatan usaha berupa lahan pertanian dan perkebunan, karena mayoritas penduduk Gampong Kayee Aceh adalah bertani dan berkebun. Jarak antara Gampong Kayee Aceh dengan Pusat Pemerintahan Kecamatan Lembah Sabil adalah ± 4 KM, sedangkan dengan Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya adalah sekitar 25 KM dan dengan Ibukota Provinsi, Kota Banda Aceh berjarak 281,15 KM.
Seluruh penduduk Gampong Kayee Aceh beragama Islam. Suasana religius terasa sangat kental karena kebiasaan keagamaan yang cukup kuat. Banyak kegiatan keagamaan yang rutin diselenggarakan seperti Majelis Taklim, Tadarusan, Dalail Khairat. Masyarakatnya pun banyak berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, acara-acara besar keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, dan Idul Adhadirayakan secara meriah dan semarak